George Herbert Mead : Taking the Role of the Other (mengambil peran orang lain)
Taking his cue from Cooley, George Herbert Mead
(1863-1931) traced the development of self-awarness back to the interaction
between mother and cild. Berdasarkan
pedoman dari Cooley, George Herbert Mead mempelajari perkembangan kesadaran
diri antara hubungan ibu dan anak. At a very early age children begin to
realize that they depend on other people (usually their mothers) to keep them
comfortable, and that their behavior influences the way these important people
act toward them. Pada anak kecil, mereka
mulai menyadari bahwa mereka bergantung pada orang lain (biasanya ibu mereka)
yang membuat mereka nyaman, dan tingkahlaku mereka mempengaruhi
cara orang-orang yang penting ini bersikap pada mereka . Infants
learn that crying brings food, smiles bring cuddling, and so on. Bayi belajar bahwa menangis membawa makanan,
tersenyum membawa rasa sayang.
Gradually, as they explore different
ways of arousing desired feeling and responses in others, their vocabulary of
significant gestures and sounds expands. Perlahan-lahan,
mereka mencari cara yang berbeda
dalam
merangsang
perasaan dan tanggapan orang lain, perbendaharaan gerak isyarat dan bunyi
mereka yang bermakna akan bertambah.
As children learn to understand other
people’s attitudes, they gain some
control over what happens to themselves. Anak-anak
belajar untuk mengerti sikap orang lain, mereka memperoleh beberpa pengaturan atas apa
yang terjadi pada dirinya.
By the time children begin to walk
and talk, they have already acquired strong impressions about the world around
them – impressions they work out in play. Seiring
berjalannya waktu anak-anak mulai berjalan dan berbicara, mereka sudah
memperoleh kesan yang kuat tentang dunia disekitar mereka – kesan itu mereka kerjakan dalam permainan. Children
at age two, three, and four spend much of their time in the world of
make-believe. Anak-anak pada usia dua,
tiga, dan empat menghabiskan banyak waktu mereka dalam dunia berpura-pura.
For hours on end they play at being mothers and fathers, mailmen and doctors –
often ambrassing adults with the accuracy with their imitations. Yang pada akhirnya mereka bermain
menjadi ibu dan ayah, tukang pos dan dokter – kerap kali membuat malu orang
dewasa dengan ketelitiannya dengan
imitasi mereka. Mead
called this form of play “taking the role of the other”. Mead menyebut permainan ini “mengambil peran orang lain”. In effect,
the child becomes one of the people, who figure importantly in his or her
social world, whom Mead called significant others. Akibatnya, anak menjadi salah satu orang yang ketokohannya menjadi
penting dalam dunia sosialnya, Mead menyebutnya. orang lain yang
signifikan. Exploring various roles
firsthand, children learn how different activities look from the perspectives
of parents, bothers and sisters, and the others. Menyelidiki berbagai peran, anak-anak belajar bagaimana perbedaan
aktivitas terlihat dari cara pandang orangtua, saudara laki-laki dan saudara
permpuan dan yang lainnya. One
minute the child is a father demanding his dinner; the next, a mother saying
she is too busy to cook. Suatu saat
seorang anak
sebagai seorang ayah yang menuntut makan malamnya; kemudian, seorang ibu
mengatakan dia sedang sibuk masak. By
so doing, children learn to look out themselves through the eyes of other
people. Dengan melakukan hal itu, anak-anak belajar untuk melihat dirinya
di mata orang lain. Children at this age
seem especially fond of playing mothers fussing at babies who have wet
themselves, and at lecturing other children on their behavior. Anak-anak pada usia ini tampaknya secara
khusus menemukan permainan menjadi seorang ibu cerewet pada bayinya yang telah
membasahi
dirinya sendiri, dan mengajari anak yang lain pada tingkah laku mereka.
In time the characters children
pretend to be become part of their internal landscape. Pada waktu anak berpura-pura untuk menjadi bagian dari mereka sendiri. They
learn to imagine how people will respond to them without actually having to act
out the situation. Mereka belajar untuk
membayangkan bagaimana orang-orang akan menanggapi mereka tanpa memperoleh
tindakan sebenarnya atas suatu keadaan. Thus a five- or six-year-old will
stop with his hand halfway to the cookie jar and say to himself, “ No, you will spoil your appetite”. Jadi anak yang berusia lima atau enam tahun
akan berhenti dengan tangannya yang setengah jalan menuju tempat membuat kue
dan berkata pada dirinya sendiri, “ Jangan, kamu akan merusak makanan
penutupmu,” Thinking, as Mead conceives it, is an internal conversation
between the self and others who have become part of the self. Berpikir seperti Mead gambarkan itu adalah
percakapan antara diri dan orang lain yang telah menjadi bagian dari diri.
The individual becomes aware of himself or herself Mead wrote, “not directly or
immediately…[but] only by taking the attitudes other individual towards himself
within the social environment or context of experience and behavior in which he
and they are involved” (p. 138). Seseorang
yang menjadi sadar
akan dirinya sendiri Mead telah menulis, “tidak secara langsung atau dengan
seketika…[tapi] hanya karena mengambil sikap individu lain ke dirinya sendiri
dalam lingkungan sosial atau pengalaman dan tingkah laku yang mana dia dan
mereka terlibat”.
Gradually, as children move out from
their family into the world of other children and adults, they begin to develop
a generalized impressions of what people expect from them and of where they fit
in the overall scheme of things – what Mead called the generalized other. Perlahan-lahan, anak-anak pindah dari
keluarganya ke dalam dunia anak-anak yang
lain dan orang dewasa, mereka mulai mengembangkan kesan yang digeneralisasikan tentang
apa yang orang harapkan dari mereka dan dimana mereka merasa sesuai secara
keseluruhan – apa yang Mead sebut dengan orang lain yang digeneralisasikan. At
the age of eight or nine, children leave the land of make-believe for the world
of games. They learn to play for real. Pada
usia delapan atau sembilan tahun, anak meninggalkan dunia berpura-pura mereka
untuk dunia permainan. Mereka belajar
untuk bermain secara nyata. Mead explained this transition by calling
attention to the complexity of organized games. Mead menjelaskan perpindahan ini dengan menyebut perhatian untuk
permainan yang kompleks. To play baseball a child must understand the rules
of the game – anticipate what will happen if the batter slugs a ball into right
field – and adjust his or her own behavior accordingly. Untuk bermain baseball seorang anak harus mengerti peraturan permainan
tersebut – mengantisipasi apa yang akan terjadi jika pemukul memukul bola ke
arah kiri lapangan – dan karena itu harus mengatur tingkahlakunya. Similarly,
to “play the game of life”, that is , to participate in the social world of the
community, children must be able to understand their position in term of
community as a whole. Sama halnya untuk
memainkan permainan di dalam kehidupan, yaitu untuk berpartisipasi dalam
kehidupan sosial pada sebuah komunitas, anak-anak harus bisa mengerti posisi
mereka dalam komunitas tersebut. The values and attitudes of the community
become an integral part of the child’s personality. Nilai dan sikap komunitas menjadi bagian yang sempurna pada kepribadian
anak.
Mead was among the first to conceives of psychology
in social terms. Mead menggambarkan
psikologi dalam konteks sosial. He believed the self was composed of two
parts : the active, spontaneous, idiosyncratic self, which he called the “I”,
and the social self ( the internalized social expectations and demands), which
he called the “me”. Dia percaya diri
tersusun dari dua bagian : aktif, secara spontan yang dia sebut dengan “I”, dan
diri sosial (harapan sosial dan tuntutan yang terinternalisasikan), yang mana
dia sebut dengan “me”. Without these two parts, Mead reasoned, we would not
be able to reflect on our own behavior and develop a sense of inner continuity,
or identity. Tanpa dua bagian itu, Mead
telah memberikan alasan bahwa kita tidak akan dapat membayangkan tingkah laku
kita dan mengembangkan rasa yang berkelanjutan atau identitas. “The
self is something which has a development; it is not initially there, at birth,
but arises in the process of social experience and activity, that is, develops
in the given individual as a result of his relations to [the social] process
and to other individuals within that process” . “Diri adalah seuatu yang berkembang; tidak ada tanda, kelahiran, tapi muncul dalam
proses pengalaman sosial dan aktivitas, yaitu berkembang dalam pemberian
individu sebagai jawaban dari hubungannya untuk
proses sosial dan untuk orang lain dalam proses itu”.
See also : Definisi Konsep Peran dalam Sosiologi
See also : Definisi Konsep Peran dalam Sosiologi
·
What is significant
others ? Apa itu significant others ?
Significant others is the person who
figures importantly in his or
her social world or who influences
significantly themselves. Significant
others adalah orang yang ketokohannya
menjadi penting dalam dunia sosialnya
·
How is formed
significant others ? Bagaimana terbentuknya
significant others?
At the first sosialization, in play stage the child learns to play the role of
someone else who around them. Pada
tahap pertama sosialisasi,dalam tahap bermain anak belajar untuk memainkan
peran orang lain yang berada disekitar mereka. And it begins from the
people influences significantly to their life. Dan itu dimulai dari orang-orang yang mempunyai pengaruh yang
signifikan untuk kehidupannya. He or she pretends to become parents. Dia berpura-pura menjadi orangtua.
Therefore, we often see the children who
play at being father and mother. Oleh
karena itu, kita kerap kali melihat anak-anak yang bermain menjadi ayah dan
ibu.
·
In what way does
the individual become aware of him or her self ? Bagaimana caranya individu menjadi sadar akan dirinya sendiri ?
The individual becomes
aware of himself or herself . It is not
directly or immediately but
only by taking the attitudes other individual towards himself within the social
environment or context of experience and behavior in which he and they are
involved. Individu menjadi
sadar akan dirinya. Itu tidak secara langsung atau dengan seketika tapi hanya
karena mengambil sikap individu lain ke dirinya sendiri dalam lingkungan sosial
atau pengalaman dan tingkah laku yang mana dia dan mereka terlibat didalamnya. And
we can see in the game stage the child learns to play the role of
everyone involved in a game, such as baseball. Dan kita bisa melihatnya pada tahap bermain,
anak belajar untuk memainkan peran setiap orang yang terlibat dalam permainan,
seperti baseball.
·
What is generalized
other ? Apa itu generalized other ?
A generalized
impressions of what people expect from them and of where they fit in the
overall scheme of things. Sebuah kesan yang disamaratakan tentang apa
yang orang harapkan dari mereka dan dimana mereka merasa sesuai secara keseluruhan.
·
What is “I” and
what is “me” ? Apa itu “I” dan apa itu
“me” ?
-I (novelty/hal-hal yang baru, source of
values/sumber nilai, realization
of self/realisasi diri, uniqueness/keunikan)
-Me (adoption
of the perspective of others/mengadopsi dari perpektif orang lain)
These are two phases in the larger process of the self. Inilah dua tahap dalam diri
sebagai proses yang besar. The I is an immediate and
unthinking response that is also the basis of individual personality. I adalah dengan segera dan
tanggapan tanpa berpikir ini juga merupakan dasar dari kepribadian seseorang. The me is
the phase of self that sees itself from the perspective of community values and
expectations. Me adalah
bentuk diri yang tampak dari perspektif nilai kelompok dan harapan.
Comments