Posts

Showing posts from October, 2014

Social Movement in Community Forest Carbon (A Case Study Yayasan Orangutan Indonesia’s Social Movement for REDD+ in Central Kalimantan)

ABSTRACT This research aims to describe : (1) process of establisment Yayorin’s social movement, (2) the latest issues about REDD+ (Reducing Emmisions from Deforestation and Forest Degradation) which contribute to Yayorin’s social movement, (3) internal and external barrier in Yayorin’s social movement at Tanjung Terantang village. This study belongs to a descriptive qualitative research using case study as its strategy. The sampling technique used was proposive sampling. While techniques of collecting data used were observation, interview, and documentation. Data validition was done using source and methodological triagulation. Techniques of analyzing data used was an interactive model.Based on the results of this study concluded that: 1) Yayorin’s social movement formed by two concepts. That is political context and mobilizing structure which result CFC (Community Forest Carbon) programme. Tanjung Terantang village as one of target area of that programme. 2) The

Becak dan Modernisasi

Becak adalah jenis kendaraan tradisional di Indonesia. Dulu, setiap kota di Pulau Jawa pasti memiliki becak. Tapi kini keeksistensiannya perlahan mulai pudar tergantikan oleh bus, mobil dan motor yang kian hari kian membludak. Fakta ini jelas membuat negara kita, Indonesia, makin tersohor dengan julukan negara penuh polusi dan macet. Tapi hal ini berbeda dengan Jogjakarta. Meskipun tak lepas dari yang namanya macet. Tapi satu hal yang perlu dicontoh dari Jogjakarta adalah ke-EKSISTENSI-an becak masih terjaga yaitu di kawasan Jl. Malioboro. Toleransi antara becak dan kendaraan modern lainnya pun tampak pada pembagian jalan. Dimana kawasan Malioboro dibuat one way (satu jalur, untuk kendaraan bermotor) dan 2 jalur di kanan kiri Jl. Malioboro diperuntukkan untuk kendaraan tradisional. Maka jika Anda mengunjungi kawasan tersebut akan tampak sederetan andong dan becak yang sedang terparkir dan siap melayani wisatawan domestik maupun asing untuk berkeliling kota  Jogjakarta. Kon

REDD+ di Kalimantan Tengah Hanya Celoteh Belaka

Lestarikan alam hanya celoteh belaka Lestarikan alam mengapa tidak dari dulu Jelas kami kecewa menatap rimba yang dulu perkasa Kini tinggal cerita pengantar lelap si buyung Begitulah kiranya penggalan lagu dari Iwan Fals yang dapat mengantarkan kita menuju masa depan hutan Kalimantan. Keberadaan penyangga hutan dunia ini begitu mengkhawatirkan. Keberadaan hutan Kalimantan kini bagaikan sebuah topeng, jika tampak dari luar akan terlihat asri, namun ketika kita menilisik jauh kedalam maka akan tampak tanah kosong seluas lapangan sepak bola yang menyisakan pohon-pohon yang tumbang. Potret ini sesuai dengan penggalan lagu diatas.  Sebenarnya, hal itulah yang perlu kita benahi, salah satunya melalui REDD+ (Reducing Emission from Deforestation and Degradation) di Kalimantan Tengah. Setelah kita merasakan berbagai bencana mulai menyapa Indonesia, seperti meletusnya Gunung Kelud, Gunung Lokon, Gunung Slamet, bahkan kekeringan yang melanda daerah Klaten. Konsep REDD+ ini seolah me